![]() |
| Ilustrasi |
Mu’adz Ibn Jabal ra.
terkenal dengan ilmunya, dia mencapai derajat tinggi di sisi Nabi saw, beliau
memujinya dan mengakui ilmu dan pemahamannya, serta kemampuannya dalam memilah
yang halal dan yang haram dalam Islam. Nabi saw bersabda:
“Umatku yang paling penyayang
kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling keras dalam agama Allah adalah Umar,
yang paling benar malunya adalah Utsman, yang paling mengetahui yang halal dan
yang haram adalah Mu’adz, yang paling memahami Fara’idh adalah Zaid, setiap
umat memiliki orang kepercayaan dan
orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubadah bin al-Jarrah.” (HR. Bukhari
dengan Fath al-Bari, 7/125 no. 3806; dan Muslim, no. 2464)
Dia berasal dari Bani
Ubay, namun tumbuh di Bani Salimah. Hal ittu dikarenakan Ibunya menikah dengan
seorang laki-laki Bani Ubay bernama al-Jad bin Qais, setelah suaminya (ayah
Mu’adz) meninggal, sehingga mereka pindah ke Bani Salimah.
Mu’adz ibn Jabal ra.
masuk Islam manakala Islam mulai menyebar di Madinah Munawarah sesudah bai’at
Aqabah pertama. Ketika itu dia berusia 18 tahun. Di tahun yang sama, Mu’adz
berangkat ke Makkah bersama orang-orang Anshor dari kaumnya di musim haji untuk
bertemu dengan Rasulullah saw dan menyaksikan bai’at Aqabah kedua. Berawal dari
sinilah, Mu’adz memiliki misi yang harus dilaksanakan, antara lain adalah
mendakwahkan agama barunya kepada seluruh penduduk Madinah.
Kisah Mu’adz Ibn
Jabal Menghancurkan Berhala.
Hal pertama yang
dilakukan Mu’adz dalam agama barunya adalah membersihkan kota Madinah dari
berhala, sisa-sisa dari kaum penganut agama nenek moyang mereka. Dalam misi
penghancuran itu dia ditemani oleh Tsa’labah ibn Anamah dan Abdullah ibn Unais.
Suatu ketika, Mu’adz
dan kawan-kawannya sesama pemuda yang masuk Islam menyusup ke tempat berhala
milik Amr ibn al-Jamuh, seorang pemuka dan tokoh Bani Salimah. Berhala yang
terbuat dari kayu yang diberi nama Manat. Para pemuda itu membawanya keluar dan
membuangnya di tempat pembuangan kotoran Bani Salimah dengan posisi kepala di
bawah. Saat pagi tiba, Amr mendapati berhalanya tidak ada. Dengan kesal dia
mencarinya, dan setelah menemukannya dia membersihkannya, mencucinya dan
memberinya wewangian.
Kejadian ini
berlangsung dan berulang-ulang beberapa kali. Sampai tiba di suatu malam Amr
menggantungkan pedangnya di leher berhala itu, dan berharap pedang tersebut
bisa berguna melindungi diri sang berhala. Ketika malam tiba dan Amr sudah
tidur, para pemuda kembali menyusup. Mereka mengambil pedang dari leher berhala
dan menukarnya dengan bangkai anjing kemudian membuangnya ke sebuah sumur
pembuangan kotoran. Di pagi hari, Amr tidak mendapati berhalanya berada pada
tempatnya, maka dia mencari sampai menemukannya tersungkur di sebuah sumur
kotoran bersama seekor anjing mati. Berdasarkan penemuan itulah akhirnya Amr
menyadari bahwa berhala tersebut tidak bisa melakukan apapun jua, sehingga dia
masuk Islam setelah orang yang masuk
Islam dari kaumnya berbicara kepadanya,
dan ke-Islaman Amr bagus.
Demikianlah cuplikan
kisah Mu’adz Ibn Jabal. Mari kita mengenal lebih banyak lagi para shahabat Nabi
saw. Semoga bermanfaat.

0 Response to "Mu'adz Ibn Jabal ra. Sahabat Nabi saw dan Imam Para Ulama"